TCC_3 Googgle Classroom SGSI 2020

Memberikan Pelatihan online yang diadakan oleh SGSI melalui grup telegram dan Google Classroom didampingi oleh Mentor kak Rose, bu Syarifah Elly dan bu Badryah Shina.

Diklat Online Google Classroom_Quizizz

Alhamdulillah terlaksana kegiatan diklat online TCC GC-2 SGSI di grup Telegram @SGSISuper.

TCC-GC 1 SGSI

Workshop online membuat Kelas digital menggunakan Platform Google Classroom part-1 di grup Telegram Sahabat Guru Super Indonesia.

Sebagai Narasumber diklat online TCC-GC 1 SGSI

Ingin belajar bersama tentang Google Classroom? Silakan join di grup telegram @SGSISuper.

Cover Buku Menulis Antologi #21

Hasil dari ikut pelatihan online KMA OP-21 di grup telegram SGSI.

Sebagai Narasumber diklat online TCC-GC 1 SGSI

Ingin belajar bersama tentang Google Classroom? Silakan join di grup telegram @SGSISuper.

Cover Buku Menulis Antologi #21

Hasil dari ikut pelatihan online KMA OP-21 di grup telegram SGSI.

Wednesday, June 1, 2022

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 Filosofi KHD


Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 Filosofi KHD



       Menurut KHD (2009) pendidikan dan pengajaran merupakan suatu usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. Pendidikan merupakan ladang persemaian benih benih kebudayaan dalam masyarakat. Pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk tercapainya dan terciptanya manusia Indonesia yang beradab pendidikan menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. 

    Dengan semboyang KHD yang dikenal dengan Trilogi Pendidikan yakni Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah memberi bimbingan/semangat), Tut Wuri Handayani (dari belakang memberi dorongan). Semboyang Tut Wuri Handayani menjadi semboyang pendidikan bangsa Indonesia. Dengan semboyang ini. Seorang pendidik diharapkan mampu menjadi contoh atau suri tauladan bagi murid-muridnya, membimbing dan menuntun serta memberi dorongan kepada murid-muridnya untuk mencapai keselamatan dan kebahagian baik sebagai insan manusia maupun sebagai insan anggota masyarakat.


Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, peran pendidik diibaratkan seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai yang ditanam oleh Pak tani di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung diletakkan di tanah yang subur dan mendapatkan sinar matahari serta pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik, kurang berkualitas dapat tumbuh dengan baik karena perawatan dan perhatian dari Pak tani demikian sebaliknya meskipun biji jagung itu yang disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta perhatian Pak tani maka biji jagung tersebut mungkin tumbuh namun tidak akan Optimal.


Dalam proses menuntun anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai Pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. 


Pendidikan anak sejatinya adalah menuntun anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zamannya. Jika melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan sesuai kemajuan zaman, dalam hal ini keterampilan abad 21, Sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks sosial kultural budaya anak di mana ia berada. Misal kaitannya dengan konteks sosio kultural, hendaknya seorang pendidik mengangkat budaya lokal untuk menguatkan proses pembelajaran anak. Hal ini perlu dilakukan untuk menebalkan kan dan menguatkan kodrat alam pada anak-anak tersebut. 


Pendidikan hakikatnya juga memerdekakan manusia, bebas dari segala ikatan dan tekanan, tentunya pendidikan berhamba pada anak, ini diartikan pendidikan berorientasi pada anak atau berpusat pada anak. Anak bukan sebagai objek melainkan subjek. 

 

    Dasar Pendidikan menurut pemikiran KHD ialah Budi Pekerti. Budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).

Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual).

Budi pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya kemerdekaan diri dan kemerdekaan orang lain.

Kesimpulan dan Refleksi

Selama ini pembelajaran yang saya lakukan di kelas masih lebih dominan berpusat pada guru sedangkan peran siswa sangat minim. Sebelum saya mempelajari modul 1.1 filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, pertama saya percaya dan meyakini bahwa untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar pembelajaran maka peran saya sebagai guru di kelas harus lebih dominan. Sehingga pusat pembelajaran berpusat pada guru belum berpusat seutuhnya pada murid. Kedua, karena pembelajaran di kelas itu lebih dominan berpusat pada guru dibandingkan berpusat pada siswa, karakteristik setiap siswa belum saya mengetahui seluruhnya, karena saya percaya bahwa untuk mencapai ketuntasan pembelajaran tidak harus mengetahui karakter seluruh siswa. Ketiga, saya percaya jika siswa fokus mengikuti pembelajaran maka siswa dapat memperoleh nilai yang baik. Orientasi saya sebagai guru masih pada penilaian kognitif semata.

Setelah mempelajari modul 1.1 tentang filosofi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara, Perilaku atau pemikiran saya berubah yakni bahwa sebagai pendidik Tugasnya menuntun siswa untuk mengembangkan kekuatan kodrat yang ada pada diri mereka sehingga sebagai pendidik saya harus mengetahui seluruh karakteristik siswa yang saya ajar. Hal ini penting agar proses pembelajaran di kelas tidak lagi berpusat pada guru melainkan pembelajaran yang terjadi berpusat pada siswa. Karena setiap anak itu istimewa dan kodratnya juga berbeda tentu pengajarannya juga butuh strategi yang berbeda. Dengan mengetahui karakteristik anak seorang pendidik dapat merumuskan suatu pembelajaran yang bisa mengakomodir seluruh siswa berdasarkan karakteristik mereka masing-masing. 

Pembelajaran hendaknya menuntun potensi anak sesuai bakat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Kodrat anak adalah bermain Makasih ojeknya pembelajaran harus menyenangkan dan memerdekakan anak. Memberikan kebebasan kepada anak namun sebagai pendidik harus menjadi Pamong agar anak tetap pada jalurnya dan tidak keluar dari norma-norma yang ada. Guru juga pamong bagi anak-anak memposisikan diri sebagai pendamping atau teman mereka berkeluh kesah, guru berpean sebagai orang tua kedua bagi mereka.

Dengan pendidikan yang memerdekakan akan terwujud profil pelajar Pancasila. Pendidik sebagai agen perubahan harus berubah dan mengambil peran dalam transformasi pendidikan seiring perkembangan zaman. Pendidik dan siswa berkolaborasi mewujudkan student wellbeing dan teacher wellbeing.

Perubahan diri dan yang akan segera saya praktekan di kelas saya agar lebih baik dan sesuai atau mencerminkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yaitu: 

  1. Mengenali karakteristik setiap siswa yang saya ajar di kelas dan melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran akan menyenangkan manakala guru mengetahui apa keinginan siswa. Di sinilah pentingnya mengenal karakteristik setiap peserta didik (siswa).

  2. Menguatkan karakter siswa dengan nilai-nilai sosio kultural pada konteks sosial budaya lokal. Saya sebagai pendidik di Kabupaten Bulungan, tentunya harus ikut mengembangkan dan melestarikan budaya lokal. Sesuai dengan motto Kabupaten Bulungan: “ Merudung” (Bersama-sama atau gotong royong) dan “Merudung Pebatun de Benuanta” yang bisa diartikan “Bersama-sama membangun daerah kita). Menebalkan laku siswa dalam bergotong royong membangun daerah dimulai dari membangun manusianya.

  3. Membuat permainan dalam proses pembelajaran. Karena kodrat anak adalah senang bermain, maka sebagai pendidik, saya harus melakukan permainan dalam pembelajaran agar anak-anak merasa senang dan proses pembelajaran yang terjadi juga menyenangkan. Namun permainan ini ada batasannya. Jangan sampai lebih banyak bermain daripada belajarnya. Permainan hanya mengisi ruang-ruang yang menegangkan agar pikiran rileks, sehingga siswa kembali segar, semangat dan fokus menerima pembelajaran kembali.

  4. Mewujudkan profil pelajar pancasila sebagai manivestasi dari pembelajaran yang memerdekakan atau merdeka belajar.

  5. Melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi. Dengan mengetahui karakteristik setiap siswa, maka saya dapat melaksanakan proses pembelajaran yang berdiferensiasi.

  6. Melakukan pembelajaran dengan mengutamakan budi pekerti, pendidikan yang menuntun anak bukan menuntut anak harus bisa ini dan itu, tetap menuntun anak sesuai kodratnya baik kodrat alam maupun zaman.

  7. Sebagai guru saya harus terus belajar dan belajar untuk meningkatkan kompetensi diri, Inovatif, kreatif dan berkolaborasi agar dapat menciptakan student wellbeing dan teacher wellbeing.