Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
"“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan
mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what
counts is best). Bob Talbertv
"Beban dan Amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua
prioritas yang terpenting. Tugas saya dsalam Pendidikan adalah melakukan yang
terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu yang terbaik. Dan untuk
membuat perubahan, apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Sebelum
mengambil keputusan, tanyakan, apakag yang kita lakukan berdampak pada
peningkatan pembelajaran murid? (Nadiem Makarim, 2020)"
Ada 9 keterampilan kepemimpinan pendukung pemimpin pembelajaran
(Mike Rutherford, 2017), yakni:
- Pengambilan keputusan beretika
- Pengaruh komunikasi persuasive
- Budaya iklim komunitas
- Transisi kepemimpinan dan perencanaan suksesi
- Arahan yang jelas dan tegas
- Pengetahuan diri
- Manajemen waktu dan kehidupan
- Agen perubahan
- Tujuan dan usaha bersama
Filosofi Ki Hadjar Dewantara (KHD) dengan Pratap Triloka, Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo Mangun Karsa,
Tut wuri Handayani memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan
sebagai seorang pemimpin. Di depan menjadi teladan, di tengah menjadi penyemangat, di belakang memberi dorongan. Sebagai pemimpin pembelajaran guru harus menjadi contoh atau teladan dalam mengambil keputusan yang dampaknya berpihak pada murid, dengan keputusan yang berpihak pada murid diharapkan mampu memberi semangat dan dorongan bagi perkembangan murid, terutama dalam proses belajarnya, membawa perubahan positif pada budi pekerti murid.
Nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita akan memberi pengaruh kepada prinsip–prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan. Jika nilai yang tertanam dalam diri kita adalah nilai-nilai kebajikan, maka keputusan yang kita ambil juga akan menghasilkan nilai-nilai kebajikan pula. Dengan seperti itu maka setiap keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diterima semua pihak. Seringkali kita ketika akan mengambil suatu keputusan dihadapkan pada pertentangan nilai benar lawan salah atau bujukan moral
dan pertentangan nilai-nilai yang kedua-duanya benar atau dilema
etika. Dalam kasus seperti ini, nilai-nilai yang telah tertanam, akan
mempengaruhi keputusan yang diambil, sehingga mungkin saja
keputusan yang akan diambil tidak bisa menyenangkan semua pihak. Oleh karena itulah, kita harus mampu menyelaraskan nilai-nilai yang ia kita ambil, yakini dengan
nilai-nilai kebajikan yang universal dan gali pendapat pihak lain. Sehingga pengambilan keputusan tetap berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan universal.
Keterampilan Coaching akan membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Memahami kembali filosofi KHD bahwa peran utama seorang guru sebagai pamong, maka keterampilan coaching seorang guru dapat diterapkan dengan menerapkan metode TIRTA. T: Tujuan, I; Identifikasi, R: Rencana aksi, serta TA: Tanggungjawab. Guru (coach) menuntun murid (coachee) menebalkan kodrat atau potensi yang ada pada diri mereka. pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk membuat dan mengambil keputusan bagi murid itu sendiri berbasis nilai-nilai kebajikan universal.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran, sebelum mengambil keputusan penting memiliki kecakapan atau kompetensi social emosional. Kompetensi social emosional yakni kesadaran diri, pengelolaan diri, mengelola emosi dan fokus pada tujuan,
kesadaran sosial-empati, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan. Dengan menerapkan kompetensi sosial emosional, maka dalam mengambil keputusan akan mempertimbangkan berbagai faktor, baik faktor dilema etika maupun bujukan moral, sehingga keputusan yang diambil akan berlandaskan nilai-nilai kebajikan dan dapat diterima semua pihak.
Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan terkait dilema etika dapat dilakukan dengan tahapan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yakni:
1. Mengenali nilai-nilai yang saling berkaitan atau bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi
4. Pengujian benar atau salah dengan Uji Legal, Uji Regulasi, Uji Intuisi, Uji Publikasi dan Uji Panutan
5. Pengujian paradigma benar versus benar
6. Melakukan prinsip resolusi
7. Investigasi opsi trilemma
8. Buat keputusan
9. Lihat lagi dan refleksikan
Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan anda yang sulit
dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus
dilema etika ini? Apakah ini Kembali ke masalah perubahan paradigma di
lingkungan anda?
Tentunya ketika mengambil keputusan dan menjalankannya tidak semua pihak dapat menerimanya begitu saja, akan dihadapkan dengan tantangan yang ada setiap keputusan yang akan diambil apalagi keputusan yang akan diambil terkait dengan kasus-kasus dilema etika. Namun tantangan atau kesulitan-kesulitan yang ada dapat diatasi manakala sebelum keputusan dibuat dilakukan langkah-langkah yang tepat dan bijaksana. Sosialisasi dan komunikasi
secara persuasif dan terus menerus agar lingkungan yang masih menggunakan
paradigma lama akan memiliki pemahaman baru dan mampu beradaptasi dengan adanya
perubahan, bahwa kita harus berubah agar tidak dilindas oleh perubahan itu sendiri.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan
pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan
keputusan yang diambil dengan 9 langkah pengujian keputusan, 4 paradigma dan 3 prinsip, akan mempengaruhi pengajaran yang dilakukan sehingga dapat memerdekakan murid karena keputusan yang diambil merupakan keputusan yang
berpihak pada murid. Pengambilan keputusan guru untuk melakukan proses
pembelajaran yang menuntun murid bukan menuntut, memetakan kebutuhan belajar murid dan memberikan kesempatan bagi murid
untuk dapat mengekspresikan pemahamannya dengan berbagai cara sesuai dengan
minat murid.
Dilema etika merupakan suatu kondisi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada dua nilai kebajikan universal, harus memilih antara dua pilihan,
dimana kedua pilihan sama-sama benar (benar vs benar) namun saling
bertentangan, sedangkan bujukan moral ialah kondisi seseorang harus membuat keputusan
antara benar dan salah (benar vs salah).
Empat (4) paradigma
dilema etika dalam pengambilan keputusan, yakni:
- Individu
lawan kelompok (individual vs community)
- Rasa
keadailan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran
lawan kesetian (truth vs loyalty)
- Jangka
pendek vs jangka Panjang (short term vs long term)
Tiga (3) prinsip
pengambilan keputusan dan pengujian keputusan, yakni:
- Berpikir
berbasis hasil akhir (End-based thinking)
- Berpikir
berbasis Peraturan (Ruled- based thinking)
- Berpikir
berbasis rasa peduli (care-based thinking)
Hal-hal di luar dugaan saya setelah mempelajari modul ini ialah bahwa dalam mengambil keputusan
kita harus menggunakan beberapa langkah dan melakukan uji benar versus benar, agar keputusan yang diambil tidak merugikan siapapun dan dapat diterima semua pihak.